TARI DWI MUKO
oleh : Niki Purnamasari
Tari Dwi Muko diciptakan oleh Didik Hadiprayitno atau yang lebih dikenal dengan Didik Nini Thowok pada tahun 1990-an. Tari dwi muko merupakan tari unik dan mengandung nilai filosofis. Tari tersebut menceritakan dua sifat yang saling bertentangan satu dengan lainnya. Tari ini termasuk bentuk tari tunggal putri yang disusun berdasarkan latar belakang tari tradisi topeng Cirebon.
Busana terdiri dari kain batik pesisiran Pekalongan dengan motif tumbuh-tumbuhan menjalar (sulur-suluran), dengan warna dan pola berani (cerah) serta memakai tekes (irah-irahan)yang biasa digunakan untuk tari topeng. Pada kedua telinga dihiasi untaian bunga merah dan putih yang panjangnya mencapai pinggul. Tari dwi muko merupakan perkembangan dari tari salome yang disusun pada tahun 1980. Aksesoris tari dwi muko adalah dua topeng yang dipakai pada dua sisi, yaitu bagian depan dan belakang wajah. Bagian depan menggunakan topeng Cirebon putrid dan bagian belakang menggunakan topeng Ni Luh (Bali). Properti utamanya adalah cundrik. Rias wajahnya biasa karena menggunakan topeng sejak awal.
Musik tari dwi muko diambil dari gending sisingan yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan garap tarinya. Keunikan tari dwi muko terletak pada saat penari membelakangi penonton yaitu terdapat gerakan sembahan yang dilakukan didepan punggung serta kepala bagian belakang menggunakan topeng Ni Luh dari bali yang digerakkan kesamping kanan dan kiri,sehingga menghidupkan gerak topeng yang berkesan menghadap ke depan. Selain itu,gerakan kaki yang melangkah mundur dapat member kesan melangkah ke depan atau maju. Adapun keunikan warna penyajiannya,terlihat dalam pengisian gerak yang menggunakan gerak pantomime di sela-sela gerak tarinya. Salah satu gerak yang biasa dilakukannya adalah gerak memotong-motong sesuatu atau merajang-rajang dengan menggunakan properti cundrik.
(dikutip dari Buku Apresiasi Seni (Seni Tari dan Seni Musik) SMA Kelas XII : Yudistira)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar