nama : Niki Purnamasari
kelas : 3ea13
npm : 14210982
BAB III
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KONSUMEN
1.
MODEL PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
a.
Model sederana dari
pengambilan keputusan yang dibuat oleh pelanggan :
·
Input stage
mempengaruhi pengakuan konsumen dari sebuah kebutuhan produk dan terdiri dari dua sumber
informasi, yaitu usaha pemasaran perusahaan dan
pengaruh sosiologi dari luar pelanggan.
pengaruh sosiologi dari luar pelanggan.
·
Output stage terdiri
dari dua pendekatan yang erat hubungannya dengan
aktivitas pengambilan keputusan yang sudah diambil.
aktivitas pengambilan keputusan yang sudah diambil.
b.
Model-model pengambilan
keputusan telah dikembangkan oleh beberapa ahli untuk memahami bagaimana
seorang konsumen mengambil keputusan pembelian.Secara umum ada tiga cara/model
analisis pengambilan keputusan konsumen, yakni:
·
Economic Models : pengambilan keputusan
diambil berdasarkan alasan ekonomis dan bersifat lebih rasional.
·
Psychological models : diambil lebih banyak
akrena lasan psikoligs dan sejumlah faktos sosilogis seperti pengaruh keluarga
dan budaya
·
Consumer behaviour
models : Model yang umumnya
diambil kebanyakan konsumen, Dilandasi oleh faktos ekonimis rasional dan
psikologis.Tipe Proses Pengambilan KeputusanPengambilan Keputusan Berdasarkan
Intuisi
2.
TIPE-TIPE PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Empat Tipe
Proses Pembelian Konsumen :
1.
Proses “ Complex Decision Making “
Terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan
yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem fotografi elektronik
seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini,
konsumen secara aktif mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan
pilihan beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan
dibawa dan resolusi untuk sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah
hemat, daya tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang
komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap,
dan pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
2.
Proses “ Brand Loyalty “
Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan
membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket
merek Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian
adalah penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan
dalam olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi.
Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian
informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam
konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
3.
Proses “ Limited Decision Making “
Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak
memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit
pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba
untuk membandingkan terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian
informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada
proses pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga
terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan,
biasanya dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang
rendah, konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari
variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya
minimal.
4.
Proses “ Inertia “
Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada
pengambilan keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena
loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada
hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap
evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi
keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan
convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk
membeli merek tersebut” .
3.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PEMECAHAN MASALAH
Factor-faktornya
adalah:
a.
Masalah Sederhana
(Simple Problem)
·
Ciri : berskala besar, tidak berdiri
sendiri (memiliki kaitan erat dengan masalah lain),mengandung konsekuensi
besar,pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis
·
Scope: pemecahan
masalah dilakukan secara kelompok yang melibatkan pimpinan dan segenap staf
pembantunya
·
Jenis : masalah
yang terstruktur (structured problems) dan masalah yang tidak
terstruktur(unstructured problem)
b.
Masalah Rumit
(Complex Problem)
·
Definisi :
masalah yang jelas factor penyebabnya,bersifat rutin dan biasanya timbul
berulang kali sehingga pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambian
keputusan yang bersifat rutin,repetitive dan dibakukan.
·
Contoh :
penggajian,kepangkatan dan pembinaan pegawai,masalah perijinan,dll
·
Sifat
pengambilan keputusan : relatif lebih mudah atau cepat,salah satu caranya
dengan penyusunan metode/prosedur/program tetap(SOP)
c.
Masalah yang
Terstruktur
·
Definisi :
penyimpanan dari masalah organisasi yang bersifat umum,tidak rutin,tidak jelas
factor penyebabnya dan konsekuensinya,serta tidak repetitive kasusnya
·
Sifat
pengambilan keputusan : relatif lebih sulit dan lebih lama,diperlukan perilaku
konsumen yang bersifat non-programmed decision-making
d.
Masalah yang
Tidak Terstruktur
Pendefinisian masalah yang
baik:
·
Fakta yang
dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif dipisahkan dari persepsi
·
Semua pihak yang
terlibat diperlukan sebagai sumber informasi
·
Masalah harus
dinyatakan secara eksplisit/tegas,untuk menghindari dari pembuatan definisi
yang tidak jelas
·
Definisi yang
dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara standar
atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataannya yang terjadi
·
Definisi yang
dibuat harus menyatakan dengan jelas,pihak-pihak yang terkait atau
berkepentingan dengan terjadinya masalah
·
Definisi yang
dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar.
4.
PEMBELIAN
Menurut Wilkie
(1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan menjadi
empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan
diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Budget Allocation (Pengalokasian budget)
Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.
b. Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)
Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.
c. Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam melakukan proses pembelian.
d. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.
a. Budget Allocation (Pengalokasian budget)
Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.
b. Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)
Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.
c. Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam melakukan proses pembelian.
d. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.
Fungsi pembelian:
Management audit bisa digunakan
untuk mengevaluasi organisasi secara keseluruhan ataupun fungsi tertentu dalam
organisasi, untuk menentukan apakah perusahaan sudah memperoleh efisiensi biaya
yang maksimum dari yang telah dilaksanakan oleh fungsi tersebut selama ini.
Penelitian ini menjadikan fungsi pembelian sebagai sasaran audit.
Fungsi pembelian sering dianggap
sebagai bagian yang paling penting dan berpengaruh, bahkan bisa dikatakan
sebagian besar proses bisnis berasal dari kegiatan pembelian. Alasan yang
sangat fundamental untuk membahas fungsi pembelian ialah karena dalam bidang
ini pemborosan mudah terjadi, baik karena perilaku yang disfungsional maupun
karena kurangnya pengetahuan dalam berbagai aspek dan kurang teliti dan cermat.
5.
DIAGNOSA
PERILAKU KONSUMEN
Dalam
pengambilan keputusan meliputi lima tahap :
1.
Penetapan masalah
2.
Pencarian informasi
3.
Evaluasi
terhadap pilihan
4.
Pemilihan
5.
Hasil dari pilihan
Langkah-langkah berikut ini dapat
ditransformasikan ke dalam tahap-tahap keterlibatan konsumen dalam pengambilan
keputusan yang komplek :
1.
Need Aurosal
2.
Proses
informasi konsumen
3.
Evaluasi Merek
4.
Pembelian
5.
Evaluasi
sesudah pembelian
Pengambilan
keputusan yang komplek seringnya untuk produk berkategori :
·
Barang dengan harga tinggi
·
Barang yang mempunyai resiko penampilan seperti mobil
dan produk medis
·
Barang yang kompleks seperti computer
·
Barang special seperti peralatan olah raga, perabot
·
Barang yang berhubungan dengan ego seseorang seperti
pakaian, kosmetik
Referensi :
Schiffman, L.G., & Kanuk, L.L. 2007. Consumer Behaviour, 9th ed. New Jersey, Pearson Prentice Hall.
http://kumpulan-artikel-ekonomi.blogspot.com/2009/12/pengambilan-keputusan-konsumen.htmlSchiffman, L.G., & Kanuk, L.L. 2007. Consumer Behaviour, 9th ed. New Jersey, Pearson Prentice Hall.
Wikipedia
Jan19 by Abdurrahman Adi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar